Ma, Aku Rindu.

Disiang hari yg tidak terlalu panas, aku melihat suatu pemandangan yg sangat sederhana tapi terlalu haru untuk aku lihat sendiri.
Yap, aku melihat dua perempuan yg saling berpegang tangan, dan sangat terlihat bahwa mereka saling menjaga satu sama lain.

Aku melihat Ibu dan anak perempuannya sedang ingin menyebrang jalan.
Mereka bertuntunan agar bisa sampai disebrang dengan selamat.
Sederhana sekali bukan? tapi itu haru bagiku.

Pemandangan itu mengingatkan aku sama mama.
Sewaktu aku kecil, mama selalu menuntun tanganku.
Tapi setelah aku beranjak dewasa, mama tak lagi menuntun tanganku.
Malah sebaliknya, aku yg menuntun tangan mama. Karena fisik mama yg sudah tak kuat lagi.
Dan saat itu, mama hanya bisa menuntun jiwaku.

Empat tahun sudah, mama pergi.
Maaf jika aku pernah mencoba untuk mencari tuntunan yg rasanya sama persis seperti mama.
Ternyata sampai saat ini belum ada yg menyamakan kenyamanan saat tanganku dituntun sama mama.
Dan mungkin, ngga ada yg bisa menyamakan dahsyatnya saat dituntun sama mama.
Tapi sampai sekarang aku merasakan jiwaku masih kau tuntun, ma.

Hey, kalian.
Kalian yg masih bisa berpegangan tangan dengan ibu kalian, Berpeganglah.
Karena pasti ada saatnya, ibu kalian pergi meninggalkan kalian selamanya atau malah kalian yg pergi meninggalkan ibu kalian selamanya, dan tidak akan lagi merasakan nyamannya dituntun oleh sosok ibu.

"Ma, Aci Kangen tangan Aci dipegang sama mama, Aci kangen dituntun sama mama. Ma, Aci kangen megang tangan mama, Aci kangen nuntun mama". -Kata anak yg hanya bisa mengadu lewat doa-

Aci, 18th.